Rapat Terbatas (Ratas) percepatan Danau Toba dengan Presiden Joko Widodo di Hotel Niagara, Simalungun, 1 Maret 2016 lalu, tidak sempat jeda. Sehari setelahnya, tim Top-10 Destinasi Kemenpar yang dipimpin Hiramsyah Sambudhy Thaib langsung bergerak. Jumat 4 Maret, dilanjutkan rapat koordinasi antar kementerian dan lembaga di Kemenko Maritim, sampai ke level teknis.

Hasilnya? “Semua mengerucut pada upaya percepatan terbentuknya Badan Otorita Pengelola Kawasan Pariwisata Danau Toba,” kata Hiramsyah yang pernah menjadi Ketua Asosiasi Kawasan Pariwisata Indonesia (AKPI) itu.
Password-nya adalah percepatan. Ini adalah terjemahan teknis, permintaan Presiden Jokowi kepada Kemenpar Arief Yahya pada 4 Januari 2016, yang menyebut tahun 2016 adalah “Tahun Percepatan.” Dari 8 point yang disampaikan Presiden di Istana Merdeka, nomor 5 yang diberi warna abu-abu adalah “Pastikan kemajuan di lapangan pada 10 destinasi pariwisata!”
Menpar Arief Yahya yang DNA-nya marketing, menyikapi kebijakan presiden itu sebagai tugas utama yang wajib diutamakan. “Dalam bahasa marketing, menciptakan 10 Bali Baru itu tidak bisa ditunda, punya urgency yang tinggi dan penting. Kami paham posisi, siapa costumer utama kami. Ujung dari percepatan ini adalah kesejahetaan masyarakat,” tutur Arief Yahya.

Persoalan di Danau Toba memang sudah mendarah daging, sejak lama, dan tidak pernah tuntas. Energi besar untuk menata Toba sekian lama, hasilnya tidak semakin baik. Karena itu, sampai hari ini pun lebih banyak orang yang pesimis, mencibir, meragukan, bahkan dianggap sedang bermimpi di siang bolong. “Ya biasa itu. Kalau belum lihat, kan pasti belum percaya. Mohon doanya saja, agar lancar semua,” aku Menpar Arief Yahya menanggapi nada minor yang sampai di telinganya.

Hiramsyah menambahkan, rapat lanjutan yang dilangsungkan di Kemenko Maritim dan dihadiri oleh seluruh K/L (kementerian dan lembaga) terkait. Rapat ini membahas hal-hal penting termasuk terobosan yg dimungkinkan, seperti payung hukum badan otorita itu sendiri. “Untuk menjawab kebutuhan badan otorita, agar lebih lincah, lebih gesit, tidak kaku, untuk melakukan percepatan pembangunan,” ungkap Hiram yang lulusan Arsitektur ITB 1981 ini.
Dia mencontohkan, seperti pelimpahan beberapa kewenangan kepada badan ororita (PTSP), tata kelola keuangan yang sesuai dengan semangat badan percepatan. Termasuk soal target dan program kerja. “Kami akan memberntuk tim tim kerja yang lebih kecil dan membagas isu spesifik, dan langsung dirapatkan Senin sorenya,” kata jelas Hiram.

Seperti diketahui, Presiden Jokowi sudah tidak sabar untuk segera melihat pariwisata di Danau Supervolcano Toba itu segera melesat maju. Masyarakat pun merasakan berkahnya. Industri bakal berkembang dan sustainable. Tujuh bupati pun masih kompak, solid, dan mau maju bersama. Bersama Plt Gubernur Sumatera Utara Tengku Erry Nuradi mereka sepakat untuk tidak menengok ke belakang lagi. Menatap ke depan, lebih penting daripada mengingat “senggolan” antar kabupaten di masa silam yang menghidupkan konflik tak berujung.
Para bupati itu antara lain, Bupati Dairi KRA Johnny Sitohang Adinegoro, Bupati Simalungun Binsar Situmorang, Bupati Samosir Rapidin Simbolon, Bupati Humbang Hasundutan Dosmar Bamjarnahor, Bupati Toba Samosir Darwin Siagian, Bupati Karo Terkelin Brahmana, dan Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan.

Presiden Jokowi cukup sabar, menemui ke-7 bupati itu untuk kali kedua. Dia ingin mendengarkan langsung usulan mereka. Mantan Walikota Solo ini bersungguh-sungguh untuk mempercepat Danau Toba sebagai destinasi berskala internasional. “Leading sectornya adalah Kemenpar!” berulang kali ditegaskan Presiden Jokowi. (*)

Sumber : indopetronews 

Tim Marathon, Matangkan Badan Otorita Danau Toba

Jadikan Gas Alam Sumber Energi Pilihan – Ketua Umum Asosiasi Perusahaan CNG Indonesia, Robi Sukardi mengajak gas alam sebagai sumber energi pilihan. Ajakan tersebut dikampanyekan saat acara Natural Gas Vehicles & Infrastructure Indonesia Forum And Exhibition, Selasa (22/3/2016) di Jakarta.

Terlebih, lanjutnya, data dari BP statistic pada 2014, Indonesia menjadi salah satu negara penghasil gas alam metana papan atas di dunia. “Indonesia berada peringkat 14. Bahkan untuk kawasan Asia ada pada posisi 2 setelah Cina,” terang Robi kepada indoPetroNews.com.

Robi juga mengungkapkan bahwa cadangan gas alam Nusantara yang terbukti mencapai hingga 103,3 triliun kaki kubik, setara 2,9 triliun liter bahan bakar minyak.

Kendati demikian, kekayaan alam gas alam metana yang melimpah ini belum maksimal dimanfaatkan untuk konsumsi dalam negeri secara merata dan memadai. Karena luasnya kawasan Nusantara, imbuh Robi, diperlukan moda distribusi gas alam selain menggunakan pola konvensional melalui pipa.
“Menggunakan pola virtual pipeline. Pengantaran gas alam yang telah dikompresikan menjadi Compressed Natural Gas dari sumber gas metana ke lokasi pengguna tanpa gunakan sambungan pipa,” papar Robi.

Sumber :  indopetronews Jadikan Gas Alam Sumber Energi Pilihan
Anjloknya harga minyak mentah di pasar global kembali menuai korban. Tidak tanggung-tanggung, Menteri Minyak Arab Saudi, Ali al-Naimi dicopot dari jabatannya. Akhir pekan lalu, Raja Salman mengganti Menteri Perminyakan kawakannya, yaitu Ali al-Naimi. Konon, pemecatan al-Naimi untuk membatasi polemik negeri kaya minyak akibat ambruknya harga minyak dengan cara mencopot pejabat senior berusia 80 tahun tersebut.

Al-Naimi menjabat menteri minyak sejak tahun 1995. Sejak lama, al-Naimi dipandang sosok yang selama ini berada di balik kebijakan energi Arab Saudi. Selanjutnya, jabatan menteri minyak akan dipegang oleh Khalid al-Falih, pimpinan perusahaan minyak milik pemerintah, Saudi Aramco.

Dilansir dari Reuters, Senin (9/5/2016), perombakan di bidang ekonomi juga dilakukan di sektor perdagangan. Raja Salman menunjuk Majed al-Qusaibi sebagai Menteri Perdagangan dan Investasi.

Kementerian Minyak juga diganti namanya menjadi Kementerian Energi, Industri, dan Pertambangan. Beberapa bulan terakhir, al-Naimi telah mewakili Arab Saudi dalam berbagai pembicaraan dengan negara-negara penghasil minyak utama dunia.

Ia bersikeras bahwa Arab Saudi tidak akan memangkas produksi di tengah jatuhnya harga minyak dunia. Sebaliknya, al-Naimi meyakinkan negara-negara tersebut untuk menahan produksi minyak pada level yang ada saat ini. Akan tetapi, penahanan produksi itu belum terealisasi hingga kini.

Pada saat yang sama, deputi putra mahkota Arab Saudi Mohamed bin Salman menyatakan Arab Saudi tidak akan setuju menahan produksi kecuali Iran, pesaing utamanya di regional, juga melakukan hal serupa.

Sumber :

Buntut Harga Minyak Melorot, Menteri Minyak Dipecat